Masyarakat merupakan sekelompok individu yang tinggal atau hidup bersama dalam suatu wilayah atau komunitas tertentu. Mereka saling terhubung melalui berbagai macam interaksi sosial, norma, nilai, dan budaya yang mereka bagi bersama. Masyarakat juga memiliki struktur yang terdiri dari beragam institusi, seperti keluarga, sekolah, pemerintahan, dan agama, yang membentuk kerangka kerja bagi kehidupan sehari-hari.
Masyarakat desa sering kali mencerminkan kehidupan yang berbasis pada pertanian, tradisi, dan keterikatan yang erat antara anggota komunitas. Di desa, hubungan antarwarga seringkali lebih dekat, dan kehidupan sehari-hari cenderung lebih terikat pada siklus alam dan musim. Pertanian sering menjadi tulang punggung ekonomi di desa, dengan mayoritas penduduk terlibat dalam kegiatan pertanian, seperti bercocok tanam atau peternakan. Kehidupan sosial di desa biasanya sangat terkait erat dengan kegiatan pertanian ini, misalnya, dalam merayakan panen atau dalam praktek-praktek tradisional yang terkait dengan musim. Di masyarakat desa, nilai-nilai tradisional dan adat istiadat sering kali dijunjung tinggi. Keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dan ritual tradisional juga sering menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Hubungan antarwarga biasanya lebih akrab, dan solidaritas sosial di desa sering kali lebih kuat, dengan warga saling membantu dalam berbagai hal.
Berdasarkan data pada bulan November 2023, jumlah penduduk yang terdapat di Desa Woro sebanyak 5.074 jiwa yang terdiri dari 2.528 laki-laki dan 2.546 perempuan. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang terdaftar sebanyak 1.854 KK.
- Populasi Penduduk yang Mengenyam Pendidikan
Jumlah angkatan kerja dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk sebagai berikut :
No |
Angkatan Kerja |
L |
P |
Jumlah |
1 |
Tidak/Belum Tamat SD |
744 |
835 |
1.579 |
2 |
SD |
1.132 |
1.170 |
2.302 |
3 |
SLTP/SMP |
413 |
356 |
769 |
4 |
SLTA/SMA |
196 |
141 |
337 |
5 |
D1-D3 ; S1-S3 |
39 |
44 |
83 |
Jumlah |
2.524 |
2.546 |
5.070 |
- Profil Sosial Masyarakat Desa Woro
Dalam harmoni melaksanakan pengajian, seluruh RT bersatu menjadi satu entitas yang kompak. Pada hari-hari besar keagamaan, setiap RW memiliki agenda yang unik untuk perayaan tersebut, mengingat kompleksitas wilayah desa yang luas dan mayoritas penduduknya beridentitas NU. Saat merayakan Hari Kemerdekaan, masyarakat desa terlibat dalam upacara pagi dan perayaan sore dengan beragam atraksi tradisional, seperti arak-arakan, barongan, dan kreativitas anak muda, sementara lomba diadakan di setiap RW, mencakup olahraga seperti voli, sepak bola, dan tarik tambang.
Di tingkat pemuda, kelompok karang taruna aktif menggelar berbagai kegiatan seperti moro woro (aktivitas panggilan dari gunung, menanam, dan sebagainya), pertunjukan seni seperti karawitan, wayang, dan pencak silat dengan berbagai perguruan, seperti tapak suci, pencak silat, dan IKS. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan anak-anak dari SD hingga perguruan tinggi. Desa Woro juga kaya akan warisan budaya, seperti tradisi sedekah bumi, seni pertunjukan Jawa seperti barongan, pencak silat, dan campursari. Sisi religiusitas tercermin dalam kegiatan seperti rebana, pengaosan, sholawatan, dan tahlilan di makom.
Meskipun sebagian warga desa merantau ke luar kota, ikatan sosial tetap tinggi. Warga yang merantau masih aktif memberikan kontribusi, baik berupa sumbangan atau santunan kepada yatim piatu pada bulan Suro, memperkuat solidaritas dan kebersamaan dalam jalinan komunitas.
- Profil Politik Masyarakat Desa Woro
Di Desa Woro, pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) presiden dilakukan di 16 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di berbagai wilayah desa. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu mencapai 90%. Namun, di tengah dinamika politik tersebut, terdapat permasalahan serius terkait ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan lapangan pekerjaan. Rata-rata jenis pekerjaan di Desa Woro melibatkan sektor pertanian, termasuk petani padi, tanaman kacang-kacangan, sayur-mayur, dan jagung. Selain itu, perkebunan durian dan mangga juga menjadi andalan, walaupun hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki kebun durian. Adapun sektor non-pertanian melibatkan tukang bangunan, tukang kayu, dan sejenisnya (perseorangan dan UMKM), pedagang tengkulak, buruh pabrik, dan nelayan.
Menariknya, kepemilikan lahan kebun didominasi oleh sebagian kecil masyarakat, sementara sebagian besar lahan dimiliki oleh keluarga yang berada. Hal ini mengakibatkan pada musim panen, warga desa bergotong royong untuk membantu yang memiliki lahan, dengan beberapa warga yang memberikan bantuan secara cuma-cuma. Penting untuk dicatat bahwa pengairan ke kebun dan lahan sawah masih mengandalkan tadah hujan. Sementara itu, pemerintah desa melaksanakan kegiatan padat karya yang dianggarkan khusus untuk warga desa yang kurang mampu. Upaya ini dilakukan sebagai langkah konkret untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan antara pencari kerja dan lapangan pekerjaan di Desa Woro.
Selain itu, kondisi sosial ekonomi di Desa Woro turut dipengaruhi oleh keterbatasan lahan kebun yang dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat. Hal ini menciptakan situasi di mana sebagian besar warga desa ikut serta dalam penggarapan lahan milik keluarga yang lebih berkecukupan secara ekonomi. Meskipun demikian, semangat gotong royong tetap terjaga, dan beberapa warga rela memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan ketika musim panen tiba. Adapun pengairan ke kebun dan lahan sawah masih bergantung pada tadah hujan, menunjukkan tantangan dalam pengelolaan sumber daya air di wilayah tersebut. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan sistem irigasi guna mendukung produktivitas pertanian dan keberlanjutan lingkungan.
Selain sektor pertanian, pemerintah desa juga terlibat aktif dalam memitigasi ketidakseimbangan ekonomi melalui kegiatan padat karya. Program ini tidak hanya memberikan lapangan pekerjaan bagi warga desa yang kurang mampu, tetapi juga berperan dalam pembangunan infrastruktur dan pemeliharaan lingkungan. Upaya ini sekaligus menciptakan dampak positif baik dari segi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan dinamika yang kompleks di Desa Woro, upaya bersama antara masyarakat, pemerintah desa, dan pihak terkait menjadi kunci untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan merata.